Selasa, 11 November 2014

PERKEMBANGAN SEKS PADA REMAJA



PERKEMBANGAN SEKS PADA REMAJA
 

A. Pengantar

                 Berbicara tentang seks merupakan topik yang menarik bagi para remaja khusunya dan bagi setiap kita umumnya. Misalnya bila ditawarkan suatu ceramah psikologi kepada anak-anak, apakah mereka mau mendengar pembicaraan tentang hubungan  anak dengan orangtua, atau tentang hubungan anak dengan teman -teman atau berbicara tentang seks. Tentu mereka akan menjawab dengan penuh semangat seks....
                Menurut para pakar yang berkecimpung di bidang ini, ditarik dari pengalaman mengemukakan bahwa  jawaban semacam itu dapat dijumpai di banyak kota di Indonesia seperti, Bogor, Ujung Pandang, Medan, Jogjakarta , Bandar Lampung dan kota - kota lain. Ini menunjukkan bahwa informasi tentang seks merupakan sesuatu kebutuhan dari kaum remaja.

B. Seksualitas Itu Utuh

                Dalam suatu ceramah dikatakan bahwa setiap pembicaraan ataupun perdebatan mengenai seksualitas manusia, entah disadari entah tidak dipakai suatu pendapat tentang Badan Manusia oleh karena itu tentang pribadi manusia.
                Manusia merupakan sesuatu yang hidup atau suatu keseluruhan jasmani, rohani dan emosional. Oleh karena itu pendekatan seksualitas harus menyeluruh dan harus merupakan satu kesatuan. Dari sudut bilogis, seks manusia dimengerti sebagai hasrat untuk meneruskan keturunan manusia.  Dari sudut Fisiologis, seks merupakan hasrat meredakan tekanan dan memuaskan hawa napsu seksual. Dari sudut Psikologis, seks merupakan dorongan untuk melengkapi suatu kekurangan psikis, kebutuhan akan teman hidup, keinginan akan persatuan kesempurnaan dan persahabatan timbal balik. Dari sudut Antropologis, setiap orang lain sebagai pria dan wanita, kemanusiaan kita terwujud dalam bentuk kepriaan dan kewanitaan.

C. Seks Itu Unik

                Para ahli berpendapat bahwa mendekati dan mengenal remaja merupakan sesuatu yang unik. Oleh karena itu pendekatan dan pengenalan ini membutuhkan ketrampilan tersendiri. Banyak orang melihat gejolak yang tengah dalami remaja, sebagai sesuatu yang menjurus pada perbuatan negatif. Padahal kita harus juga melihat sisi positifnya.Seksualitas merupakan  salah saatu daya asasi manusia yang besar dan hebat, meskipun bukan merupakan yang terpenting. Seksualitas dapat mendorong seseorang lewat identifikasi, motivasi, inspirasi dan sublimasi untuk mencapai tingkat citarasa dan cipta karsa yang setinggi-tingginya. Namun sebaaliknya, seksualitas dapat menjerumuskan seseorang atau sekelompok orang dalam jurang keraguan, kesmaran, kemalangan, kejahatan dan kenistaan. Pendidikan Seksualitas adalah tanggungjawab anak itu sendiri, orangtua, sanak saudara dan setiap anggota masyarakat. Dan yang terpenting  agar informasi dan edukasinya disesuaikan dengan taraf  usia anak dan pertumbuhannya.

D. Buka Tabir

                Secara naluriah sebenarnya  para remaja ingin bertanya, tetapi kalau bertanya kepada orangtuanya sendiri, orangtuanya menghindar, mengalihkan perhatian, atau tidak mengatakan hal yang  sebenarnya. Barangkali karena sikap bahwa urusan seks itu bukan konsumsi anak-anak, tetapi orang dewasa yang sudah PUS (pasangan usia subur). Dan bahwa hal itu merupakan urusan  mereka berdua antara suami istri. Agaknya orangtua malu membicarakan hal itu  kepada anak-anaknya sendiri. Keingintahuan anak dalam bidang seks akan dipuaskan lewat sesama teman sebaya, yang sejatinya sama-sama kurang mengetahuinya. Teman justru sering lebih menjerumuskan daripada menolong. Pengetahuan tentang seks juga mereka dapatkan dari gambar, buku murahan,Filem biru dan video apalagi di zaman sekarang ini hal itu dengan mudah dapat diakses lewat internet.Selain itu mereka dapatkan juga lewat orang dewasa yang senagaja mengeksploiter anak muda  dalam bidang seks demi tujuan komersial.
                Padahal menurut hasil penelitan di Amerika, kalau informasi diberikan sebelum seseorang melakukan hubungan seks, akanmenunda hubungan seks yang pertama. Dan kalau informasi itu diberikan sesudah seseorang melakukan hubungan kelamin, itu malah mendorong orang untuk melakukannya  lebih sering. Berdasarkan penelitian di atas, maka ada sementara orang yang berpandangan, berilah anak-anak kita penerangan/penyuluhan tentang seks sebelum mereka berhubungan kelamin! Hal itu jelas bertentangan dengan pandangan orang Indonesia yang tidak setuju dengan pemberian informasi itu. “La, kok malah mengajari anak yang belum tahu? nanti anak yang tadinya tidak tahu, malah berbuat hal-hal yang tidak diharapkan !”.
                Bagi masyarakat Indonesia informasi tentang seks itu memang tidak boleh terlepas dari nilai-nilai atau norma-norma pergaulan masyarakat. Bukan sekedar penerangan/penyuluahn atau informasi yang perlu diberikan, tetapi juga sebuah pendidikan seks. Dalam” pendidikan” melihat makna pengalihan norma atau nilai hidup bermasyarakat yang lebih baik itu. Mengenai pendidikan seks ini, seorang ahli mengemukakan bahwa di Indoensia istilah ini masih merisaukan, dan mungkin masih belum diterima oleh sebagian masyarakat Indonesia.Namun sementara ini kita sudah berjalan dengan semacam “pendidikan Masyarakat” mengenai seks, melalui artikel tentang pergaulan sehat dalam majalah remaja, nasehat melalui biro konsultasi sahabat remaja dan sebagainya. Dan mengapa pendidikan seks ini lebih baik diselnggarakan secara non formal ?. Karena di sekolah formal harus dengan kurikulum dan silabus yang seragam, baik di daerah yang masih ketat norma masyarakatnya maupun di daerah yang sudah lebih longgar. Hal ini jelas merupakan masalah tersendiri.

E .Remaja Boleh Berbuat Apa Jika Seks Itu Tabu ?

                Agar tidak terjadi “kecelakaan” seperti hamil sebelum nikah, maka remaja harus diberi kegiatan lain seperti olahraga, melakukan hobi, tugas sosial dan lain-lain. Di samping tugas belajar supaya perhatian mereka tidak tertuju pada seks saja. Karena anak sudah menginjak remaja  dan dorongan seks itu muncul, maka orientasinya hanya tertuju pada seks saja. Dan apabila tidak kuat bentengnya, maka ia akan terbuai dan jatuh oleh rayuan gombal dari teman prianya  yang kurang bertanggungjawab itu.
                Di negara kita ini masih banyak orangtua yang mentabukan seks di kalangan remaja. Sebenarnya masalah pentabuhan ini adalah masalah pribadi masing-masing orangtua, yang kawatir akan terjadi “kecelakaan” , hamil sebelum nikah, kalau remaja diberi informasi tentang seks. Alasannya bahwa masa remaja belum mempunyai kekuatan untuk menanggulangi masalah yang timbul, kalau terjadi “kecelakaan” seperti.
                Sedang jawaban atas pertanyaan di atas maka dijawab apa-apa tidak boleh! Sebetulnya kita tahu bahwa hubungan seks itu tidak hanya hubungan kelamin saja seperti dalam arti sempit. Namun juga telepon-teleponnan, surat menyurat, saling bertandang dan menjalin persahabatan dalam pergaulan sehat anatar remaja putri dan remaja putra. Ini sudah merupakan pelampiasan dorongan seks.

F. Situasi dan Kondisi

                Dalam masa remaja b anyak yang dihadapi. Banyak gejolak yang timbul dalam benak dan pikirannya,  oleh karena itu pengenalan dan pendekatan pada remaja membutuhkan ketrampilan tersendiri. Di samping itu juga sangat sulit menentukan batasan tentang kapan dimulai dan kapan masa remaja diakhiri. Di samping lamanya masa itu sangat bervariasi tergantung pada pelbagai macam penyebab, dan di sini yang sangat berpengaruh pada kehidupan remaja ialah kehidupan keluarga dan kehidupan sosial ekonomi lingkungannya. Dalam hal ini nampak sekali perbedaan dianatar remaja desa dan remaja kota. Lantaran kesempatan mengcap pendidikan bagi remaja  kota lebih banyak daripada remaja desa, maka masa remaja kota lebih panjang ketimbang masa remaja desa. Masa remaja desa boleh dibilang hilang, karena sejak awal mereka telah dituntut memikul tanggungjawab. Pada umur belasan tahun mereka sudah putus sekolah dan bekerja, lalu kemudian menikah agar beban dalam keluarga berkurang. Remaja desa lebih awal menjadi dewasa, karena memang sejak awal mula telah dituntut tanggungjawab.
                Atas dasar keadaan seperti itu maka dalam masyarakat kita diperkirakan masa remaja dimulai pada umur 11 tahun, dan berakhir pada umur 21 tahun. Dalam masa remaja muncul berbagai gejolak dalam dirinya, oleh karena itu mereka sering murung, mengurung diri dalam kamar, malu terhadap erubahan yang terjadi dalamtubuhnya. Misalnya pada anak perempuan mulai tumbuh buah dadanya, dan kumis pada anak laki-laki dan sebagainya. Dalam setiap penampilannya merasa canggung, karena secara tidak sadar lingkungan juga menolak secara halus. Kalau remaja berada di tengah-tengah anak kecil, ia mendapat sambutan”masa anak gede turut main anak kecil?” Dan kalau berada di tengah-tengah orang dewasa ia mendapat perlakuan “ Eee anak kecil jangan ikut dengar”,  Inilah gejolak anak remaja yang ada di benaknya.
                Masa remaja adalah masa transisi, yakni dalam proses peralihan dari masa remaja ke alam deawa. Selain itu terdapat pula ciri lain yang juga tak kalah pentingnya yakni rasa ingin tahu pada remaja sangat menonjol. Mereka selalu ingin mencoba hal-hal yang baru. Adalah menguntungkan bagi orangtua, para pendidik dan khususnya bagi remaja itu sendiri, apabila mereka mencoba hal -hal yang positif, tetapi bila ia mencoba hal-hal yang negatif seperti minum-minuman keras, narkotika atau petualangan seks. Maka akan terjerumus ke dalam keadaan yang gawat, karena mereka belum banyak mempunyai bekal.
                Kiranya tidak ada masalah, jika hanya kebetulan melihat gambar film seks dan gambar sejenis, yang menimbulkan rangsangan yang dikawatirkan ialah kalau ia ingin tahu lebih lanjut dibalik poster itu. Tentu mereka akan penasaran dan membuat apa saja  untuk memuaskan dirinya. Dalam hal ini lingkungan dan fasilitas main peranan penting. Jika rasa ingin tahunya tersalur ke kegiatan lain yang lebih positif sifatnya, maka itupun akan membuahkan hasil yang psoitif pula. Misalnya kegiatan olahraga, melakukann hobi dan sebagainya. Jika tahap-tahap masa remaja berhasil mereka lalaui dalam arti lolos dari hal-hal yang negatif, mereka akan tumb uh menjadi orang dewasa yang mandiri. Tettapi jika tidak, maka merekapun akan menjadi manusia yang tidak matang.

G. Seks Itu Bukan Cinta dan Cinta Itu Bukan Seks

                Menurut para ahli , perkembangan psiko seksual itu dimuali sejak masih usia Nol (0) tahun, dan bukan masa puber. Hanya saja dengan dorongan seksualnya masih bercampur baur dengan  dorongan-dorongan yang lain, seperti ingin memperoleh perlindungan, kehangatan, dan akan makan dan minum. Untuk memuaskan dorongan itu masih dipusatkan pada mulutnya, dan inilah yang dikenal dengan tingkat perkembangan ORAL.
                Perkembangan psikoseksual dari ORAL ke ANAL, pada umur 2- 3 tahun. Dalam usia ini seorang anak sudah bisa merasakan kenikmatan seperti dalam mengatur pembuangan air besar. Oleh karena itu anak kecil seumur itu bisa berlama-lama di atas pispot. Setelah perkembangan fase di atas kemudian meningkat ke fase PHALIC ada usia 4-5 tahun. Dalam masa ini anak suka bermain dengan alat kelaminya. Dan pada tingkat berikutnya yakni taingkatan LATEN terjadi pada usia 6-11 tahun. Dalam masa ini anak tidak menunjukkan erkembangan psikoseksual dengan jelas lagi. Malah misalnya kalau dipacarkan dengan temannya sendiri ia marah.  Seoalah-olah ada sikap negatif terhadapa apa yang berbau seks. Baru kemudian setelah usia 12 tahun ke atas, kegiatan seksnya mengarah kepada kegiatan reproduktif. Secara bilogis mereka sudah harus mulai kawin dan berketurunan, tetapi secara sosiologis mereka harus menudnanya. Inilah yang dinamakan tingkat perkembangan Fase GENITAL.
                Menurut ilmu kedokteran tidak baiklah kalau remaja hamil, karena akan berakibat yang merugikn dan anak yang dilahirkan cacat jasmani, terbelakang  dan sebagainya. Ini disebabkan karena terjadi perebutan zat makanan antara janin yakni sel telur yang sudah dibuahi sperma.Hamil sebelum menikah bisa saja terjadi, kalau sang gadis tidak kuat bentengnya melawan rayuan gombal dari teman prianya. Kiranya akan aman jika remaja putri tetap berpegang teguh  pada kenyataan, bahwa seks itu bukan cinta dan cinta bukan seks. Dan yang penting untuk membuktikan cinta,tidak perlu dengan seks. Kendati yang paling asyik kalau seks itu disertai cinta.!

H.Remaja Adalah Generasi Penerus

                Remaja yang baik adalah remaja yang berprinsip dan berpendirian. Artinya remaja itu tidak hanya turut saja. Misalnya hanya ingin ikut-ikutan  mode saja. Tetapi hendaknya harus selektif dan memilih mode seperti kumpul kebo yang sedang tengah menjadi trendi, meskipun mode kumpul kebo sesungguhnya sudah ada sejak zaman dulu, hanya istilahnya lain. Remaja adalah generasi penerus, dan dipundaknya terletak harapan masa depan bangsa; oleh karenanya remaja harus hidup dengan baik dan mengembangkan diri dengan hal-hal yang positif; agar nantinya siap menghadapi tantangan zaman.
                Oleh karena remaja paling banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak, maka muncul juga suatu pertanyaan. ,mengapa yang diributkan itu kenakalana remaja, padahal di kalangan  orangtuapun banyak yang nakal di bidang seks? Kiranya kenyataan ini tidak dapat disanggah. Tetapi untuk memuaskan remaja atas pertanyaan ini, maka jawabannya adalah karena remaja adalahgenerasi penerus yang sedang berkembang yang sedang membutuhkan pengarahan, perhatian dan pendampingan, agar tetap terarah dan berjalan pada jalur yang benaar..Dan anggaplah generasi tua itu sudah rusak. Dan kalau generasi yang berikutnya dibiarkan rusak seperti generasi sebelumnya, kapan lagi kita akan memulai generasi penerus yang baik ? Padahal remajalah yang akan menggantikan mereka.
                Mengenai usia yang paling baik bagi wanita untuk melahirkan ialah antara 25-33 tahun. Oleh karena itu lebih baik bagi wanita karier menikah pada usia 30 tahun paling lambat, agar kalau ia melahirkan anak masih dalam batas umur yang sehat. Setelah umur 35 tahun sebaiknya mengadopsi anak saja. Wanita karier melampiaskan dorongan seksnya kepada kegiatan lain.Ini sudah cukup, karean dorongan yang muncul itu kalau sudah tersalurke hal-hal lain yang tidak seksual sebenarnya sudah tersalurkan. Sebetulnya tidak ada masalah bagi wanita karier yang sampai dewasa baru kawin, bukannya mengekang dorongan seksnya sampai menumpuk dan menggebu-nggebu dalam tubuh. Lalu pada suatu ketika tumpah ruah ! Tidak ! Karena dorongan itu akan timbul dan hilang dengan sendirinya. ( Frans Widodo: Peminat Soal Pendidikan dan keluarga Tinggal di Bandar lampung)










Label: